Beranda | Artikel
Perintah Mengikuti Sunnah
Rabu, 24 Agustus 2016

Di dalam hadits Irbadh bin Sariyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaklah kalian berpegang dengan Sunnahku…” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, Tirmidzi berkata : hadits ini hasan sahih).

Yang dimaksud dengan istilah ‘sunnah’ di sini adalah jalan yang ditempuh oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Artinya janganlah kalian mengada-adakan di dalam agama ini sesuatu yang bukan termasuk bagian dari ajarannya dan jangan keluar dari syari’at beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam (lihat Syarh al-Arba’in oleh al-Utsaimin, hal. 302)

Dengan demikian istilah ‘sunnah’ di sini bermakna umum mencakup keyakinan, amalan, dan ucapan. Inilah sunnah yang lengkap. Oleh sebab itu para ulama salaf tidak memakai istilah sunnah kecuali dengan maksud yang mencakup ini semua/seluruh ajaran agama. Kemudian para ulama belakangan setelah mereka sering menggunakan istilah ‘sunnah’ dengan makna yang lebih khusus yaitu yang berkaitan dengan urusan akidah atau keyakinan. Hal ini bisa dipahami karena masalah akidah merupakan pondasi agama sehingga orang yang menyimpang dalam perkara ini berada dalam bahaya yang sangat besar (lihat Jami’ al-‘Ulum wal Hikam, hal. 333)

Istilah ‘sunnah’ inilah yang sering kita dengar dalam penyebutan ahlus sunnah wal jama’ah. Sebab sunnah di sini maknanya adalah jalan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya sebelum munculnya berbagai bentuk bid’ah dan pendapat-pendapat yang menyimpang. Adapun istilah jama’ah di sini maksudnya adalah orang-orang yang berkumpul di atas kebenaran yaitu para sahabat dan tabi’in; para pendahulu yang salih dari umat ini (lihat Syarh al-Wasithiyah oleh Syaikh Muhammad Khalil Harras, hal. 61 tahqiq Alawi Abdul Qadir as-Saqqaf)

Dengan bahasa yang lebih sederhana bisa kita katakan, bahwasanya perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kita untuk mengikuti ‘sunnah’ itu maksudnya adalah perintah untuk mengikuti jalan beliau dan jalan para sahabat dalam beragama; baik dalam hal ilmu, amal, dakwah, jihad, tarbiyah, penyucian jiwa, akhlaq, dsb. Inilah yang sering disebut dengan istilah ‘mengikuti manhaj salaf’. Maka manhaj salaf itu luas bukan hanya mencakup masalah akidah saja.

Benar, akidah adalah perkara paling pokok dan tidak boleh diremehkan, sebagaimana bagian agama yang lain juga tidak boleh disepelekan. Yang menjadi masalah adalah ketika sebagian orang yang telah mengenal sebagian akidah salaf kemudian merasa bahwa secara otomatis manhajnya sudah lurus dan yang lebih parah lagi apabila dia merasa dirinya suci dari kesalahan. Padahal, para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang-orang yang merasa khawatir di dalam dirinya terdapat kemunafikan! Lantas, bagaimana lagi dengan kita?!

Dengan bahasa yang lebih tegas lagi ingin kita katakan bahwasanya para Sahabat dahulu belajar islam dan manhaj yang haq ini kemudian mereka menjadi tawadhu’ karenanya, sementara sebagian orang di masa kini -yang notabene menyandarkan diri sebagai pengikut para Sahabat (salafus shalih)- yang mempelajari islam dan sebagian dari manhaj yang haq ini tetapi seolah-olah ketawadhu’an generasi salaf itu tidak membekas dalam ucapan dan tindakan mereka. Semoga kita tidak termasuk kategori orang-orang yang semacam itu.


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/perintah-mengikuti-sunnah/